Selasa, 24 November 2015

Seragam Untuk Sobat 2015

Perjalanan ini bisa disebut perjalanan ter-ekstrim yang pernah saya lalui seumur hidup. Mobil yang saya tumpangi bersama beberapa teman hampir saja melompat ke jurang di sebelah kiri jalan jika saja sang sopir tidak sigap mengendalikan mobil terios putih yang sudah berubah jadi abu-abu terkena debu. Saya hanya bisa terus merapal doa dalam hati. Kalaupun kami mati dalam perjalanan ini, paling tidak kami mati saat sedang mengantarkan seragam untuk sobat kecil di pedalaman Barru.
“dimana kah sebenarnya desa yang mau kita datangi ?” driver yang membawa kami sudah beberapa kali melontarkan pertanyaan yang sama. Pertanyaan yang saya  pun tidak tahu jawabannya. yang s aya tahu, desa itu berada di kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru. Untuk menuju kesana,  sudah ada teman yang menunggu kami di Kota Barru yang nantinya akan mengantarkan sampai  ke lokasi penyaluran seragam.

Estimasi perjalanan kami ternyata salah. Berangkat pukul 15.00 dari kota Makassar membuat kami sampai di kota Barru saat adzan Maghrib sudah berkumandang. Setelah mampir shalat, mobil kembali melaju menembus jalanan Barru yang berkelok-kelok.

Karena gelap, praktis kami tidak bisa menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Penerangan hanya berasal dari 3 mobil rombongan kami. Selebihnya berasal  dari rumah warga yang berjejer di kiri kanan jalan. Semakin jauh melalui jalan berkelok kiri kanan jalan sudah berubah menjadi hutan belukar.

Beberapa kali saya mencoba memejamkan mata, tapi gagal. Sopir yang tadi tidak berhenti melontarkan pertanyaan kepada kami sekarang sudah diam bak kehabisan batrei. Mungkin ia lelah. Hanya Cita Citata yang masih semangat melantuntankan lagu-lagunya lewat pemutar dvd yang ada di mobil.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dan seru rombongan kami sampai juga di desa Pattallassang, kecamatan Pujananting, Kabupaten Barru. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kami disambut oleh beberapa warga dengan jabat tangan yang sangat erat sertad isuguhi berbagai macam makanan. Katanya mereka sudah menunggu kedatangan rombongan kami sejak sore. 

Keesokan harinya setelah shalat subuh yang sedikit telat, saya keluar dari rumah panggung tempat kami istirahat. SD Inpres Pattalassang berdiri hanya beberapa meter dari rumah. Kami memilih berkeliling sekolah serta menghirup udara segar khas pedesaan di pagi hari.

Baru beberapa menit berkeliling sekolah, sudah muncul satu dua anak SD dengan seragam olahraga dan alas kaki sandal. Wajah mereka terlihat segar. Dari informasi yang saya dapatkan dari pihak sekolah, beberapa diantara mereka harus berjalan kaki beberapa kilometer untuk sampai di sekolah. Itu sebabnya mereka harus berangkat pagi-pagi buta jika tak ingin terlambat.
Karena penasaran, saya berusaha mendekati anak perempuan yang berdiri dekat tiang bendera. Ia tampak malu-malu dan sesekali melirik ke arah kami. Beberapa beberapa pertanyaan saya ajukan tapi ia tidak bergeming. Hanya menunduk kemudian memainkan daun-daun bunga yang ada di hadapannya.  Baiklah, saya tidak akan memaksa.

Setelah perkenalan yang gagal  itu, saya memutuskan kembali ke rumah tempat kami menginap. Bersama beberapa teman menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan serta memastikan seragam sudah dipacking dengan rapi.

Setelah semua siswa berkumpul, kami memperkanalkan diri dan membawakan games kepada adik-adik. Senang sekali melihat wajah ceria mereka. setelah bermain games dan ice breaking, tanpa disangka driver yang membawa kami juga ikut memperkenalkan diri dan menceritakan sebuah dongeng. Saya surprise karena ia terlihat sangat mantap bercerita tentang monyet dalam bahasa daerah. Sebagai informasi, anak-anak menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. meskipun demikian, mereka tetap bisa mengerti bahasa Indonesia sederhana.

Kegiatan sudah selesai, seragam sudah dibagikan, saatnya kami kembali ke Makassar. “Terima kasih kak, sudah diijinkan ikut kegiatan ini. Kalau ada kegiatan lain ajak-ajak ya” Ismi, gadis manis yang ikut dalam rombongan kami berkomentar. Saya hanya tersenyum dan berterima kasih kembali kepada adik-adik hebat SD Pattallassang. Mereka berada jauh di puncak gunung. Jauh dari akses listrik tetapi bisa melihat lampu kerlap kerlip Kota Pangkep dan Barru di malam hari. Semoga puluhan kilometer jalan kaki mereka terbalas dengan impian yang dikabulkan. Aaamiin.

mereka adalah masa depan Indonesia

Relawan menyiapkan seragam yang akan dibagikan

Ibu guru mengatur barisan

Anak yang bangun terlalu pagi (mungkin) :D

Berisap-siap untuk games
Berbeda itu tidak penting