Siang ini kembali saya menginjakkan kaki di SD Negeri
Paccinang, menjalankan rutinitas sebagai pengajar NBS setiap dua pekan. Lagi-lagi
saya sendiri. Beberapa teman tidak bisa hadir. Beberapa lagi tidak memberikan
kabar apa pun.
Meskipun tidak ditemani siapa-siapa, pertemuan hari ini
berlangsung lancar. Anak-anak terlihat sangat antusias seperti biasa. Baru berdiri
di depan pintu kelas, mereka sudah berlarian menyambut dan menarik tangan saya
untuk disalim. Beberapa dari mereka melompat-lompat penuh semangat sambil
menghujani saya dengan pertanyaan “Kak Ifah! Sama siapaki? Dari tadiki? Kenapa tidak
pernah kuliat teman ta?” Saya mengusap kepala mereka satu-satu. Meminta mereka
untuk duduk tenang.
“Halo...” saya memulai dengan mengalihkan perhatian mereka
yang sebahagian besar masih saja berlari-larian di dalam kelas.
“Hai....” mereka menjawab serentak.
“Halo Halo Hai” pertanyaannya saya ulangi
“Hai Hai Halo” mereka mulai duduk di bangku masing-masing.
Pertemuan kali ini saya mulai dengan bertanya mengenai
aktifitas mereka selama liburan kemarin. Maklum saja, ini tatap muka pertama setelah
hampir sebulan tidak bersua.
Setelah mengajak anak-anak bercerita satu persatu, saatnya
meminta mereka menulis. Sesi ini biasanya sesi yang membuat mereka bisa duduk
manis.
Karena jam menulis untuk NBS mendekati waktu keluar main, beberapa
anak terlihat mulai gelisah. Satu persatu maju dan menyerahkan tulisannya.
Berdasarkan tulisan yang terkumpul saya jadi tahu kalau dari kualitas tulisan
tangan, Ariel dan Naurah yang paling bagus dan rapih.
Ariel menulis aktifitasnya tentang pulang kampung dengan judul ‘Indahnya
Liburan’. Ariel pulang ke kampung halamannya Toraja dengan mengendarai bus. Dari
tulisan Ariel saya tahu bahwa anak ini rajin. Ia menulis “........Pada pagi
hari, saya memperbaiki tempat tidur dan melipat selimut....” aktifitas yang saya
sendiri sudah jarang lakukan. Di siang hari, Ariel pergi menggembala kerbau
dengan sepupunya. Semua cerita tersebut hanya kurang dari segi penulisan huruf
kapital saja. Oh iya, Ariel juga harusnya menulis memandikan kerbau, bukan mengasi
mandikan kerbau.
Cerita Naurah lain lagi. Ia menulis tentang perjalanannya
berlibur ke Palopo dengan terlebih dahulu singgah di Bone. Tetapi perjalanannya
tidak berlangsung mulus, tante Naurah yang dijemput di Bone ternyata tidak bisa
ikut ke Palopo karena anak dan suaminya sakit. Naurah juga menuliskan betapa Ia
ingin membeli petasan saat tahun baru. Sama seperti Ariel, Naurah juga
melakukan beberapa kesalahan dalam penulisan huruf kapital.
Yang paling terakhir menyerahkan tulisan adalah Vanesa. Semua
temannya sudah keluar main dan membeli jajanan. Ia masih juga duduk di kursinya
dan berusaha menyelesaikan tulisan
dengan judul ‘Aku Liburan Dengan Keluarga Aku” Saya mendekat dan duduk di
samping Vanesa, mencari tahu kendala yang dialami anak ini. “Apanya yang susah,
dek?” Sebenarnya saya menawarkan bantuan, tetapi kalimat tersebut yang keluar
dari mulutku. Ia menggeleng tanda tak butuh bantuan. Saya memutuskan beranjak
dari sisi anak itu, tidak ingin mengganggu konsentrasinya.
Meskipun sudah menjelaskan beberapa kali mengenai huruf
kapital, anak-anak masih banyak yang melakukan kesalahan serupa. Saya terus
menebak-nebak penyebabnya. Misalnya untuk penulisan judul. Dari awal pertemuan
pengajar NBS sudah memberikan contoh dan penjelasan bahwa penulisan judul untuk
tulisan harus diawali dengan huruf besar.
“Jadi semua huruf di awal kata judul
harus kapital” Saya menyerahkan kembali tulisan kepada salah seorang anak. Ia
mengangguk dan tersenyum. Mengambil kertas tulisannya dan memperbaiki
kesalahannya.
Tidak semua tulisan sempat saya periksa. Jadi saya putuskan
untuk membuat evaluasi juga dalam bentuk tulisan. Evaluasi ini sebenarnya
sekaligus latihan menulis untuk saya pribadi. Selain itu, dengan menuliskan
koreksi dalam bentuk tulisan untuk masing-masing anak, saya bisa lebih mengenal
anak-anak secara personal melalui tulisan polos mereka.