Senin, 11 Januari 2016

Cerita Liburan

Siang ini kembali saya menginjakkan kaki di SD Negeri Paccinang, menjalankan rutinitas sebagai pengajar NBS setiap dua pekan. Lagi-lagi saya sendiri. Beberapa teman tidak bisa hadir. Beberapa lagi tidak memberikan kabar apa pun.

Meskipun tidak ditemani siapa-siapa, pertemuan hari ini berlangsung lancar. Anak-anak terlihat sangat antusias seperti biasa. Baru berdiri di depan pintu kelas, mereka sudah berlarian menyambut dan menarik tangan saya untuk disalim. Beberapa dari mereka melompat-lompat penuh semangat sambil menghujani saya dengan pertanyaan “Kak Ifah! Sama siapaki? Dari tadiki? Kenapa tidak pernah kuliat teman ta?” Saya mengusap kepala mereka satu-satu. Meminta mereka untuk duduk tenang.

“Halo...” saya memulai dengan mengalihkan perhatian mereka yang sebahagian besar masih saja berlari-larian di dalam kelas.
“Hai....” mereka menjawab serentak.
“Halo Halo Hai” pertanyaannya saya ulangi
“Hai Hai Halo” mereka mulai duduk di bangku masing-masing.
Pertemuan kali ini saya mulai dengan bertanya mengenai aktifitas mereka selama liburan kemarin. Maklum saja, ini tatap muka pertama setelah hampir sebulan tidak bersua.

Setelah mengajak anak-anak bercerita satu persatu, saatnya meminta mereka menulis. Sesi ini biasanya sesi yang membuat mereka bisa duduk manis.

Karena jam menulis untuk NBS mendekati waktu keluar main, beberapa anak terlihat mulai gelisah. Satu persatu maju dan menyerahkan tulisannya. Berdasarkan tulisan yang terkumpul saya jadi tahu kalau dari kualitas tulisan tangan, Ariel dan Naurah yang paling bagus dan rapih. 

Ariel menulis aktifitasnya  tentang pulang kampung dengan judul ‘Indahnya Liburan’. Ariel pulang ke kampung halamannya Toraja dengan mengendarai bus. Dari tulisan Ariel saya tahu bahwa anak ini rajin. Ia menulis “........Pada pagi hari, saya memperbaiki tempat tidur dan melipat selimut....” aktifitas yang saya sendiri sudah jarang lakukan. Di siang hari, Ariel pergi menggembala kerbau dengan sepupunya. Semua cerita tersebut hanya kurang dari segi penulisan huruf kapital saja. Oh iya, Ariel juga harusnya menulis memandikan kerbau, bukan mengasi mandikan kerbau.

Cerita Naurah lain lagi. Ia menulis tentang perjalanannya berlibur ke Palopo dengan terlebih dahulu singgah di Bone. Tetapi perjalanannya tidak berlangsung mulus, tante Naurah yang dijemput di Bone ternyata tidak bisa ikut ke Palopo karena anak dan suaminya sakit. Naurah juga menuliskan betapa Ia ingin membeli petasan saat tahun baru. Sama seperti Ariel, Naurah juga melakukan beberapa kesalahan dalam penulisan huruf kapital.

Yang paling terakhir menyerahkan tulisan adalah Vanesa. Semua temannya sudah keluar main dan membeli jajanan. Ia masih juga duduk di kursinya dan  berusaha menyelesaikan tulisan dengan judul ‘Aku Liburan Dengan Keluarga Aku” Saya mendekat dan duduk di samping Vanesa, mencari tahu kendala yang dialami anak ini. “Apanya yang susah, dek?” Sebenarnya saya menawarkan bantuan, tetapi kalimat tersebut yang keluar dari mulutku. Ia menggeleng tanda tak butuh bantuan. Saya memutuskan beranjak dari sisi anak itu, tidak ingin mengganggu konsentrasinya.

Meskipun sudah menjelaskan beberapa kali mengenai huruf kapital, anak-anak masih banyak yang melakukan kesalahan serupa. Saya terus menebak-nebak penyebabnya. Misalnya untuk penulisan judul. Dari awal pertemuan pengajar NBS sudah memberikan contoh dan penjelasan bahwa penulisan judul untuk tulisan harus diawali dengan huruf besar. 
“Jadi semua huruf di awal kata judul harus kapital” Saya menyerahkan kembali tulisan kepada salah seorang anak. Ia mengangguk dan tersenyum. Mengambil kertas tulisannya dan memperbaiki kesalahannya.


Tidak semua tulisan sempat saya periksa. Jadi saya putuskan untuk membuat evaluasi juga dalam bentuk tulisan. Evaluasi ini sebenarnya sekaligus latihan menulis untuk saya pribadi. Selain itu, dengan menuliskan koreksi dalam bentuk tulisan untuk masing-masing anak, saya bisa lebih mengenal anak-anak secara personal melalui tulisan polos mereka. 

7 komentar:

  1. Tetap semangat, meski semakin hari semakin kurang teman2 relawan yang hadir di kegiatan NBS. Karenanya, kita akan tetap mengupayakan memberi reward ke teman-teman NBS.
    Tentang tulisan ini, saya kembali mengulang pertanyaan di pertemuan tadi siang, apakah setelah kalimat langsung diikuti huruf kapital atau tidak.

    BalasHapus
  2. Ifa, mohon pengaturannya agar bisa memberi komentar hanya bermodal nama dan url blog.

    Pada fase mendalami karakter anak melalui tulisannya, kita akan memiliki kedekatan batin dengannya.

    Pengalamanmu soal menulis lebih banyak dibanding saya. Jadi, pastinya tak pantas rasanya jika kukoreksi (sok alay...).

    Nurfaisyah

    BalasHapus
  3. Ifa tetap tegar meski mengajar sendiri. Betul-betul jomblo tulen. Hahahaha



    Oh iya, sebaiknya penulisan "SD negri Paccinang" diubah menjadi "SD Negeri Paccinang".

    Penggunaan huruf kapital belum konsisten setelah kalimat langsung.

    BalasHapus
  4. Halo Kaka Ifa, tetap semangat yah walaupun single fighter >_<

    Saran saya buat paragraf 8, yang bagian 'Aku Liburan Dengan Keluarga Aku" mungkin lebih baik di italic-kan biar tidak pusing pembacanya, karena letaknya yang berdekatan dengan kalimat langsung setelahnya.

    Masih sama dengan saran dari Kak Ica, mengenai pengaturan komentator. Saya agak malu dengan nama "ini". Dimohon pengertiannya

    BalasHapus
  5. Haii Kak Ifa semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

    Tetap tegar kak, walau ngajarnya sendiri. Wiwi tau kok kalau Kak Ifa kuat.

    Sarannya sudah terwakili sama Bunda, Kak Icha kecil, Kak Tifa, dan Kak Uchi

    BalasHapus
  6. Aktifitas penulisan bakunya aktivitas.

    Semangaaat kak Ifa. Saya juga tahu bagaimana rasanya berada di kelas NBS sendiri tanpa teman relawan lain. Have a nice day^^
    Singgah di blogku kaak.

    BalasHapus