Rabu, 30 Maret 2016

Dear Senior

Ilustrasi : Anak-anak diajarkan dengan pesan moral kebaikan sejak kecil
Foto oleh : Kak Emi
Hari ini saya menemui adik yang baru saja pulang dari kegiatan pengkaderan di fakultasnya. Anak laki-laki pertama di keluarga kami itu punggungnya lebam kebiruan bekas pukulan balok dari seniornya. Lututnya bengkak karena di tendang.Tulang kering kaki sebelah kirinya juga kebiruan bekas sepatu orang-orang yang mengaku berpendidikan.

Adik saya tidak menangis padahal Ia tergolong anak yang cengeng dan mudah sekali meneteskan air mata. Beberapa kali saya menatap matanya dalam dan berharap ia mengeluarkan kata kutukan terhadap senior-seniornya itu, tetapi tidak. "Biasaji itu kalau laki-laki", katanya sambil memainkan gawainya dengan santai. Saya mendengarkan dengan geram, berharap mereka yang melakukan kekerasan itu hidupnya tak tenang. Apanya yang biasa? Karena kata 'biasa' itulah kalian  dengan mudah merusak fasilitas kampus saat sedang demo. Persis anak kecil yang merengek tantrum karena tidak dipenuhi permintaannya. Karena kata 'biasa' itu pula yang membuat  kalian tidak merasa berdosa membakar ban dan mengganggu lalu lintas , membuat ibu-ibu menangis

Selasa, 29 Maret 2016

Bertandang di Blog Perempuan sederhana

Saya sudah lupa kapan pertama kali bertemu dengan wanita yang kupanggil Kak Hajrah ini. Kami sama-sama aktif  di beberapa kegiatan sobat LemINA dan kali ini saya mendapatkan tugas untuk mereview blognya, blog prempuan sederhana, pendiam yang menyukai gunung dan laut.

Tulisan Kak Hajrah bisa dilihat di blog barunya di nurhajrahs.blogspot.co.id. blog ini dibuat tahun 2016 dan sampai tulisan ini di post, sudah ada tiga tulisan menghiasi blog dengan judul perempuan sederhana ini. Bulan januari dua tulisan dengan tema jalan-jalan berjudul "Bus Rapid Yang Tidak Rapid"dan tema reportase berjudul "Bukan Tentang Aksi Teror Bom".

Di bulan Februari, terbit satu tulisan kuliner tentang

Sabtu, 05 Maret 2016

Menengok Pendidikan di Pulau Lae Lae

Pulau Lae Lae

Sejumlah remaja berpakaian seragam pramuka dan topi abu-abu  terlihat tertawa-tawa di atas perahu yang membawa mereka dari pulau seberang. Perahu itu menghampiri dermaga, melepas satu per satu  anak-anak SMA yang wajahnya segar dan terlihat baru saja memakai bedak. Mereka berusaha memanjat dermaga yang lebih tinggi dari orang dewasa jika diukur dari permukaan air laut.

Para remaja ini adalah penghuni pulau Lae Lae yang berada tidak jauh dari kota Makassar. Jika dilihat dari dermaga Kayu Bangkoa, tempat keberangkatan menuju pulau ini, pasir putih pulau Lae Lae masih bisa terlihat dari dermaga. Sejumlah pohon nyiur pulau ini bahkan tampak dengan jelas dari anjungan pantai losari.

Saat menunggu kapal untuk berangkat ke pulau Lae Lae, saya berbincang-bincang dengan beberapa anak SMA dan SMK. "Saya mau cari kerja dulu" kata Hamziah, gadis berparas manis yang bersekolah di salah satu SMK Makassar. Ia salah satu penghuni pulau lae-lae dan sekarang duduk di kelas tiga dan sisa menghitung bulan ia akan menghadapi ujian nasional. Sebentar lagi kehidupan sebenar-benarnya akan ia hadapi tetapi mimpi berkuliah sepertinya harus ia