Senin, 02 Mei 2016

Menata Keuangan, Menata Masa Depan



“Ujung-ujungnya pasti kita akan diprospek masuk  asuransi.” saya membatin pesimis

Setelah melakukan pendaftaran melalui link yang disebar oleh komunitas Blogger Angingmammiri di group Facebook. Sempat terbersit pikiran negatif, jangan-jangan acara Sun Life Financial Indonesia yang dilaksanakan pada hari Minggu, 24 April 2016 di kafe Zafferano akan berlangsung membosankan. Kenyataannya, segala prasangka buruk itu ternyata terbantahkan.

Rangkaian acara dimulai oleh seorang pembicara pria berkacamata yang diperkenalakan sebagai APV Branch Manager Sun Life Indonesia. Ia membuka acara dengan cerita sederhana tentang anak perempuannya yang ingin membeli sebuah rumah Barbie. Alih-alih mengabulkan permintaan anaknya, sang Bapak malah menyuruhnya menabung.
Akhirnya, anak perempuan ini memutuskan mendapatkan uang lebih dengan berjualan alat tulis di sekolah. Cerita sederhana yang mengandung pelajaran berharga tentang parenting dan finansial.



Pria dengan nama belakang  Simanungkalit ini kemudian melanjutkan berbicara tentang pentingnya mempersiapkan masa depan. Dengan gerak gerik yang antusias Ia bertutur bagaimana mempersiapkan begitu banyak asuransi untuk keluarganya. Memastikan jika kelak ia meninggal nanti, keluarganya tidak akan menderita. Anak muda jaman sekarang harus banyak belajar dari bapak ini.


Pembicara selanjutnya adalah Joyce Tauris Santi, wartawan kompas yang mengisi halaman ekonomi di e-paper kompas. Ia memulai dengan menampilan hasil survey dari HSBC tahun 2016. Survey ini menunjukkan bahwa 64 persen khawatir tentang kesehatan, tetapi hanya 36% yang sudah memiliki proteksi kesehatan mandiri. Sementara itu 54% khawatir tentang kestabilan financial, hanya 38% yang memiliki tabungan atau investasi jangka panjang.
"Tentukan waktu pencapaian target"

Dari persentase tersebut, Joyce menuturkan bahwa mayoritas kita 'banyak mau, tidak ada tindakan'. Padahal jika menunda investasi tabungan, perbedaan yang ditunjukkan akan sangat jauh berbeda. Ia mengambil contoh Budi dan Iwan yang sama-sama berusia 25 tahun dan pensiun di usia 55 tahun serta mempunyai target tabungan 1 milyar. Namun keduanya memulai di usia yang berbeda, Budi di usia 25 tahun, sedangkan Iwan di usia 35 tahun. Tentu saja biaya atau ongkos penundaanya jauh berbeda. Budi melakukan investasi tabungan 500 ribu per bulan, sedangkan Iwan harus mengeluarkan uang 1,5 juta per bulan.

Perempuan dengan yang mendapat sertifikasi Certified Financial Planner ini memberikan banyak sekali penjelasan yang membuat saya berpikir ulang tentang asuransi dan pentingnya merencanakan keuangan.


Meskipun konsentrasi saya harus terpecah oleh bocah mungil yang membawa kamera dan berlalu lalang di dekat kursi peserta, penjelasan Joyce tentang membagi penghasilan menjadi perhatian utama. Ia berkata kalau seharusnya 10 % penghasilan harus ditabung. 30 % untuk konsumsi dan 30 % investasi jangka panjang. Sedangkan jika ingin berhutang, tidak boleh lebih dari 30 % gaji. 

Pembicara terakhir adalah blogger asal Makassar yang akrab disapa Daeng Ipul. Ia berbagi tentang pengalamannya menghasilkan pundi-pundi rupiah dari hobi menulis yang akhirnya menjadi pekerjaan tetap baginya. Blogger yang beberapa kali menang lomba blogger skala nasional ini dengan santai bercerita tentang tantangan yang dihadapinya saat memutuskan menjadi fulltime blogger.
"Lakukan perencanaan finansial, salah satunya adalah dengan asuransi"
“Roma tidak dibangun dalam satu malam.” Begitu kata Daeng Ipul. Karirnya sebagai blogger diawali dengan 'berdarah-darah'. Ia menuturkan,  ada konsistensi dan kerja keras dari setiap langkah yang Ia tempuh. Hal tersebut yang jarang dilihat oleh orang-orang yang sering menudingnya sebagai blogger yang selalu menang lomba.

Saat berseluncur di dunia maya saya sering mendapati artikel-artikel tentang cara mengelola keuangan dengan berbagai judul yang menarik disertai gambar dan infografis. Misalnya artikel dengan judul ‘bagaimana mengelola keuangan di usia 22’ dan seterusnya dan sebagainya. Tetapi semua itu saya baca sambil lalu saja. Tidak pernah begitu saya pikirkan seperti saat menghadiri acara Sun Life Future Plan.

Segala hal tentang asuransi dan perencanaan ini tiba-tiba mengingatkan saya kisah sahabat di jaman Rasulullah yang tidak mengikat untanya dengan alasan bertawakkal (pasrah) kepada yang Kuasa. Ia kemudia ditegur dan dinasehati bahwa ikhtiar (usaha) harusnya mendahuli tawakkal.
Well, Sepertinya saya harus membuka satu rekening lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar