“Ujung-ujungnya pasti kita akan diprospek masuk asuransi.” saya membatin pesimis
Setelah melakukan pendaftaran melalui link yang disebar oleh
komunitas Blogger Angingmammiri di group Facebook. Sempat terbersit pikiran
negatif, jangan-jangan acara Sun Life Financial Indonesia yang dilaksanakan
pada hari Minggu, 24 April 2016 di kafe Zafferano akan berlangsung membosankan.
Kenyataannya, segala prasangka buruk itu ternyata terbantahkan.
Rangkaian acara dimulai oleh seorang pembicara pria
berkacamata yang diperkenalakan sebagai APV Branch Manager Sun Life Indonesia.
Ia membuka acara dengan cerita sederhana tentang anak perempuannya yang ingin
membeli sebuah rumah Barbie. Alih-alih mengabulkan permintaan anaknya, sang Bapak
malah menyuruhnya menabung.
Akhirnya, anak perempuan ini memutuskan mendapatkan uang lebih dengan berjualan alat tulis di sekolah. Cerita sederhana yang mengandung pelajaran berharga tentang parenting dan finansial.
Akhirnya, anak perempuan ini memutuskan mendapatkan uang lebih dengan berjualan alat tulis di sekolah. Cerita sederhana yang mengandung pelajaran berharga tentang parenting dan finansial.
Pria dengan nama belakang
Simanungkalit ini kemudian melanjutkan berbicara tentang pentingnya
mempersiapkan masa depan. Dengan gerak gerik yang antusias Ia bertutur bagaimana mempersiapkan begitu banyak asuransi untuk keluarganya. Memastikan jika
kelak ia meninggal nanti, keluarganya tidak akan menderita. Anak muda jaman
sekarang harus banyak belajar dari bapak ini.
Pembicara selanjutnya adalah Joyce Tauris Santi, wartawan
kompas yang mengisi halaman ekonomi di e-paper kompas. Ia memulai dengan
menampilan hasil survey dari HSBC tahun 2016. Survey ini menunjukkan bahwa 64
persen khawatir tentang kesehatan, tetapi hanya 36% yang sudah memiliki
proteksi kesehatan mandiri. Sementara itu 54% khawatir tentang kestabilan
financial, hanya 38% yang memiliki tabungan atau investasi jangka panjang.
"Tentukan waktu pencapaian target" |
Dari persentase tersebut, Joyce menuturkan bahwa mayoritas
kita 'banyak mau, tidak ada tindakan'. Padahal jika menunda investasi tabungan, perbedaan yang
ditunjukkan akan sangat jauh berbeda. Ia mengambil contoh Budi dan Iwan yang
sama-sama berusia 25 tahun dan pensiun di usia 55 tahun serta mempunyai target
tabungan 1 milyar. Namun keduanya memulai di usia yang berbeda, Budi di usia 25
tahun, sedangkan Iwan di usia 35 tahun. Tentu saja biaya atau ongkos
penundaanya jauh berbeda. Budi melakukan investasi tabungan 500 ribu per bulan,
sedangkan Iwan harus mengeluarkan uang 1,5 juta per bulan.
Perempuan dengan yang mendapat sertifikasi Certified
Financial Planner ini memberikan banyak sekali penjelasan yang membuat saya
berpikir ulang tentang asuransi dan pentingnya merencanakan keuangan.
Meskipun konsentrasi saya harus terpecah oleh bocah mungil
yang membawa kamera dan berlalu lalang di dekat kursi peserta, penjelasan Joyce
tentang membagi penghasilan menjadi perhatian utama. Ia berkata kalau
seharusnya 10 % penghasilan harus ditabung. 30 % untuk konsumsi dan 30 % investasi
jangka panjang. Sedangkan jika ingin berhutang, tidak boleh lebih dari 30 %
gaji.
Pembicara terakhir adalah blogger asal Makassar yang akrab
disapa Daeng Ipul. Ia berbagi tentang pengalamannya menghasilkan pundi-pundi
rupiah dari hobi menulis yang akhirnya menjadi pekerjaan tetap baginya. Blogger
yang beberapa kali menang lomba blogger skala nasional ini dengan santai
bercerita tentang tantangan yang dihadapinya saat memutuskan menjadi fulltime
blogger.
"Lakukan perencanaan finansial, salah satunya adalah dengan asuransi" |
“Roma tidak dibangun dalam satu malam.” Begitu kata Daeng
Ipul. Karirnya sebagai blogger diawali dengan 'berdarah-darah'. Ia menuturkan, ada konsistensi
dan kerja keras dari setiap langkah yang Ia tempuh. Hal tersebut yang jarang
dilihat oleh orang-orang yang sering menudingnya sebagai blogger yang selalu menang lomba.
Saat berseluncur di dunia maya saya sering mendapati
artikel-artikel tentang cara mengelola keuangan dengan berbagai judul yang
menarik disertai gambar dan infografis. Misalnya artikel dengan judul
‘bagaimana mengelola keuangan di usia 22’ dan seterusnya dan sebagainya. Tetapi
semua itu saya baca sambil lalu saja. Tidak pernah begitu saya pikirkan seperti
saat menghadiri acara Sun Life Future Plan.
Segala hal tentang asuransi dan perencanaan ini tiba-tiba mengingatkan saya kisah sahabat di jaman Rasulullah yang tidak mengikat untanya dengan alasan bertawakkal (pasrah) kepada yang Kuasa. Ia kemudia ditegur dan dinasehati bahwa ikhtiar (usaha) harusnya mendahuli tawakkal.
Well, Sepertinya saya harus membuka satu rekening lagi.
Segala hal tentang asuransi dan perencanaan ini tiba-tiba mengingatkan saya kisah sahabat di jaman Rasulullah yang tidak mengikat untanya dengan alasan bertawakkal (pasrah) kepada yang Kuasa. Ia kemudia ditegur dan dinasehati bahwa ikhtiar (usaha) harusnya mendahuli tawakkal.
Well, Sepertinya saya harus membuka satu rekening lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar