Kamis, 25 Februari 2016

Mimpi Anak-anak Rohingya

Saat menghadiri acara milad KPAJ di gedung wanita 21 Februari kemarin, perhatian saya tertuju pada sekelompok anak-anak yang belum terlalu mahir berbahasa Indonesia. Setelah mencari tahu, ternyata mereka adalah pengungsi Rohingya yang menetap di Makassar.

Nuraida (17 tahun) adalah yang tertua dalam rombongan ini. "Kami mau ke Australia. Kami saat itu sedang bingung" Ia bertutur kalau dulunya Ia mengungsi menggunakan kapal. Hanya tiga ratusan orang yang selamat dari lima ratusan pengungsi yang Ia temani. "Cita-cita saya jadi penulis" begitu katanya saat kutanya tentang impiannya. 

Saibah (3 tahun) dalam pangkuan Hana, perempuan yang membawa anak-anak pengungsi ini hadir dalam milad KPAJ.


Akimah (6 Tahun) ingin jadi guru. Kenapa? "Karena guru itu bagus" katanya sambil memamerkan giginya yang baru saja menjalani pemeriksaan.
Nursaidah (8 tahun, gambar kanan) bercita-cita menjadi dokter.

Gadis ini senang sekali difoto. Namanya Rukiyah (8 tahun). "Kenapa ingin jadi guru?", tanyaku. dijawabnya dengan senyum, "Karena aku suka guru". Mimpi masa kecil kita sama, Dek.

Nursaidah suka sekali mlompat-lompat. Saat saya tunjukkan foto-fotonya, Ia tersenyum manis dan dengan antusias juga ingin mencoba menggunakan Kamera. "Here is it, Dear"

Kalau besar nanti, kamu mau jadi apa? saya bertanya pada Nurma. Dijawabnya "Buka toko kain yang besar".

"bukan seperti itu" Kata Muhammad Sdek (12 Tahun) saat saya salah menuliskan namanya. Akhirnya Ia mengetik sendiri namanya di catatan gawai yang saya pegang. Cita-cita kamu mau jadi apa? Dengan mantap Sdek menjawab "Engineer" 

Mereka juga menjalani pemeriksaan gigi gratis. "senyum..."


Rukiyah dan Akimah sedang membaca buku di pojok baca Komunitas Penyala Makassar.

Buku bisa menjadi sahabat terbaik perjalanan kalian yang mungkin masih sangat panjang, Dek. Yang pasti, mimpi-mimpi kalian sudah didengar malaikat dan menunggu diijabah Tuhan.


2 komentar:

  1. Subhanallah... luar biasa semangat anak2 rohingya ini
    btw, lihat foto2 diatas tidak ada yang menampilkan keseluruhan wajahnya. Apakah mereka malu? ataukah dilarang mempublikasikan wajah mereka secara utuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak Nunu, semangat mereka memang luar biasa. Soal foto itu, saya yang inisiatif sendiri untuk tidak menampakkan wajah secara utuh. Status anak-anak ini sebagai pengungsi di Makassar menurutku rentan sekali.

      Hapus