Rabu, 13 April 2016

Ikan Hiu Makan Ubi, I love You Bertubi Tubi

Sabtu cerah, tanggal 23 januari 2015

Nulis bareng sobat (NBS) minggu ini bertema menulis pantun dan puisi. Tema yang sebelumnya jadi kesepakatan diantara para relawan yang akan mengajar. Tapi kemudian kami kewalahan mencari metode pengajaran yang tepat, mengingat tak ada satupun diantara relawan yang begitu paham dengan pantun atau pun puisi. Tema yang menurutku menantang. Meskipun demikian, relawan yang hadir tak berkurang. Ada  Fani, Ica, Astrid, Ramadan, Ismud dan saya.  

Pada awal pembelajaran, kami memberikan ice breaking. Meminta mereka untuk bernyanyi sambil mengoper penghapus papan tulis. Anak yang paling terakhir memegang penghapus, akan diminta untuk membacakan pantun hasil googling singkat kami. Tak disangka mereka tampak sangat antusias dan berebut membacakan pantun.

Selanjutnya, salah seorang relawan memberikan materi tentang  pantun dan kaedah-kaedah dalam penulisan pantun. Sedangkan relawan yang lain mengawasi adik-adik, ada juga yang memeriksa PR tulisan mereka.  Saya yang agak sulit menghapal nama, berdiri di pojok ruangan. Sesekali menegur anak-anak yang tidak memperhatikan. Saya ingat wajah  anak anak yang sangat ‘aktif’ didalam kelas. Mereka duduk bergeng, sering berteriak-teriak, suka cari perhatian dan hobi  naik diatas meja. Keunikan mereka sering membuat kami gemas.

Tapi jangan salah, meski terlihat tak bisa fokus, mereka sangat antusias saat sesi pembagian kelompok dimulai. Kelas dibagi menjadi tiga kelompok dan dinilai berdasarkan hasil kreasi pantun mereka. 

Anak-anak ini ternyata sudah tak asing lagi dengan pantun. Tak heran kalau beberapa dari mereka begitu lancar mengucapkan pantun yang agak nyeleneh di sesi pembacaan pantun masing-masing kelompok.

"Kotak-kotak diatas pasir, biar botak banyak yang naksir"
"Ikan hiu makan ubi, I love you bertubi tubi"

Percaya, pantun-pantun itu keluar dari mulut  anak SD kelas 4. Saya tersenyum geli sekaligus sedikit miris. Sudah bisa ditebak, pantun itu terinspirasi  dari salah satu acara di stasiun tv swasta yang tayang setiap sore. Menyajikan guyonan tanpa filter dan ditayangkan secara live. Mengutuk stasiun TV dan menyalahkan mereka untuk tayangan tak berbobot tentunya bukan jalan keluar. Bukan jangan-jangan, tapi pastinya kita sudah ikut andil menyuburkan mereka. Apakah sudah saatnya mematikan TV?

"Bu yusmira manis, bu yusmira cantik, bu yusmira tersenyum , kami tertarik"

Memasak ikan didalam peti
Paling enak dicampur terasi
Gayanya aja kayak selebriti
Tapi dompetnya tidak berisi

PS: Tulisan ini saya temukan di draft tulisan tahun lalu. Mau dihapus tapi sayang :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar